Kubiarkan saja ia berkaca,
mencibir pada wajahnya
dengan dipaksa hatinya sendiri
Telah ia curi ideologi dari orang buta dan tuli
Dan ia merasa mengantongi dosa dirinya sendiri.
Dan kubiarkan ia berkaca,
memandangi wajah yang
seakan dicuri dan sulit kembali
Permohonan kosong malam itu
menggilas sepi.
Sungguh,
Bintang membutuhkan teman kencan, batinku.
Lalu esoknya kusuruh ia bermake-up
dalam damai angin pagi
Di mana pada menyendiri
kesepian seakan memanggil sepoi.
“Tersaruk dalam bayang,
genggamlah api ke awan.
Duduklah menunggu di sini.
Lantas bangkit berjalan dan cium tangan Ibunda
yang
Berbaring di beranda belakang.
Sebab lewat kehilanganmu,
beliaulah temuan itu!”
*Sempu, Trenggalek, Akhir Juni 2007
Tidak ada komentar:
Posting Komentar