Yang kutemukan saat kugali masa masa sulit bagi harapan
Bagai memandang menara Eiffel terbalut kabut pagi
Saat aku ingin ke
Maka hanya kutemukan diriku menyusuri saluran pencernaan
O, diareku belum sembuh juga.
Aku ingin ke manca,
Aku ingin ke manca,
Entah kapan waktunya
Untuk sekali-kali memanjakan mataku
menghindari kenyataan negeri yang terlalu banyak
mengimpor TKI,
menghindari polis polis di pelabuhan hati
Kepergiannya naik perahu
menyelundup dalam degub jantungku.
Ah, itupun nonsense
Dengan kejadian pada masa-masa sulit
yang jalin menjalin di setiap lekuk mimpi burukku
Ah, ini cuma puisi
Dengan membayangkan kata kata
berubah jadi arsen yang menyebar
berkali-kali ke paruku
Maka jadilah kematian
yang memberi kepastian
tentang apa yang sebenarnya ada dalam otakku:
Lorong yang sebelumnya tak terdeteksi alat medik
Yang membawa masa kanak kanakku mengembara
Singgah pada usus buntu
yang mirip keindahan dari 1000 tahun sejarah
Aku ingin ke manca, O,
Aku ingin ke manca
Melukis kematianku di
Hanya.
21 Maret 2005
Tidak ada komentar:
Posting Komentar