aku telah Kau lahirkan di bumi
dengan mengorbankan nafas terengah-engah
seperti mempertahankan satu
rupa kehidupan.
aku Kau karuniai darah yang terus bekerja,
ngalir dan bermuara di kolam pikiran.
matahari terus membara di atas bumi yang berkeringat.
hari-hari, malam-malam, detik-detik jam mengukiri badan.
Dan wujudku serasa kau putar-putar seperti mainan.
seperti hujan yang datang tiba-tiba di musim kering
seperti demam menaikkan kecepatan
seperti penyakit maha segala,
aku menjadi korban dosa-dosa langkahku yang terdiri dari roh dan kakinya yang primitif.
aku kau lahirkan di jaman yang sangat primitif,
yang bermula tanpa baju, celana, dan kebudayaan
karena Kau adalah seluruh kehidupan,
telah Kau bawa aku ke butik kotamu
kau jahitkan pula kain robek cintaku
yang masih berguna bagi musim selanjutnya
dan ternyata pola dinamis itu adalah kurnia-Mu.
aku merasa kita menyatu
aku adalah milik-Mu, Ya Gustiku!
kau sutradara, aku pelaku ini opera
terkadang aku juga menyaksikan mereka telanjang menari
hingga aku lupa menepati janji
di bawah pohon bumi.
tempat kurangkai kata-kata ini…
maafkan aku, Gusti!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar