Awalnya pencapaian begitu sedikit akhir-akhir ini
Anak-anak tidak lagi suka berita politik
Kabut menjadi jingga. Langit bergulung musim ini
Membentuk wajah-wajah kartun.
Wanita-wanita pantai selalu menebah pasir yang menimpa rumah kecilnya.
Tuhan, dielusnya gambarmu yang terpaut di balik senja sore itu…
Tanpa kabar dan berita, saat gelombang itu datang sesungguhnya rindumu terpasang
Karena telah terlukis tubuhmu setengah badan
Pada selembar kertas yang diterbangkan angin yang meniupkan lara
Enam puluh hari yang lalu ketika aku datang
pohon-pohon kelapa dengan rumput lebat di atas tanahnya;
Rumahmu yang baru kau cat dengan warna kuning tua;
Ibumu yang baru saja terjaga malam itu seolah roh ayahmu mengajak bercumbu;
Semuanya sempat menerimaku sebagai orang yang baru datang di pulau seberang:
“Kuharap kau bisa meringankan sedikit beban
sebab ini adalah
lihatlah orang-orang berwarna hitam karena perang dan kelaparan, meski kami tak tahu siapa musuhnya.”
Dua bulan kemudian
Kudapati suratku tidak mungkin sampai pada alamat yang dituju
Mungkin ia dibawa gelombang
Dibawa ke kontinental-kontinental yang lain
Oh, kata-kata terakhirku:
“Sayang, aku akan segera datang.
Tunggulah aku dengan penuh rasa rindu!”
Lalu gelombang itu telah memusnahkan dirimu bersama kerinduanmu
Menghantam apa yang telah kugapai sedikit-demi sedikit tentang perdamaian di
Kini aku datang lagi dengan beban yang cukup berat
Meskipun suratku tak pernah salah alamat!
[
Tidak ada komentar:
Posting Komentar