Jumat, 31 Agustus 2007

IKHWAL PENCIPTAAN

Puisi Nurani Soyomukti

Matahari menyedot mengeringkan air hujan

Kalimat juga kering di musim kemarau

Musim paceklik kata-kata

di bumi tempatku melahirkan puisi.

Sepanjang astaga yang tak bisa terucap

Hanya ada kertas berkeringat

Di bawah genggaman pena yang bergetar.

Dan greget.

Tanganku sulit sekali menyentuh sitaresmi

Imagologiku gelap gulita.

Dan doa memang seperti sia-sia

Kangenku, kangen hujan!

Harapanku, harap hujan!

Rinduku, rindu hujan!

Tangisku, tangis hujan!

Sukmaku hidup dari nyawa

hujan yang hidup dalam kehidupan

Nafasku sesak dalam nafas musim kemarau

Dan sumpek selalu datang.

Pada hal aku hanya punya satu kata: Hujan.


*Jember, 23 Agustus 2005

Tidak ada komentar: