Kita memasang egoforia
Dan mengarahkan anak panah
Pada kegelapan yang lain
Di sana-sini Dewa punya
pemujanya sendiri-sendiri
Jadi, marilah kita mengendap-endap
dalam kegelapan ini menuju ruang
Dewa itu!, ajakmu.
Kita mengintip
lewat lubang hati
Tak ada dunia lain di sini
Hanya remang
mewariskan bayang-bayang
Dan kita juga mengikuti
bayangan diri
Tangan dan badan kita menari-nari
mengikuti bayangan remang,
meniru pola-pola yang sulit dibaca.
Ah, Dewa tidak becus
mengajari menari, bisikmu,
Ia hanya pintar
menemani kita minum anggur!
Kita memasang egoforia
Dan mengarahkan anak
panah pada kegelapan yang lain lagi
siapa tahu panah itu menancap ke dada Tuhan
Kau ingin mendengar suara
yang serius tentang kematiannya
Lalu kau akan berteriak:
“Dewa itu telah mati,
aku membunuhnya dengan
cara yang mengasyikkan!”
Kita memasang egoforia
Dan ketika kita memasuki keremangan,
Banyak bayangan yang masih berkeliaran
tanpa kita tahu apa dan siapa mereka.
Lalu kau bergumam,
“Tarian apa ini,
seperti pernah kutemui dalam mimpi-mimpi”.
Dan kau,
beberapa hari kemudian,
ditemukan mati
Dalam kamarmu sendiri
yang banyak
menyimpan buku-buku.
*Jember, 2006
Tidak ada komentar:
Posting Komentar