Belum kutemukan satu mukjizatpun
Selama duasatu abad
Cuma cinta yang selalu kutunggu
Anak anak sunyi malam,
menyebutnya sebagai keajaiban.
Setelah tangis kepuasanmu terukur dengan diam,
Mukjizat apa yang bisa kutunggu?
Langkah mengukur waktu saat aku kau dampingi
Dan kuanggap sebagai mukjizat.
Terimakasih ini mengecup daun pertama
yang telah tumbuh menandai kemarau yang kita lewati.
Dan ada kalanya bagi seorang penyair,
yang telah menyamar lama sebagai pengembara,
hujan dirias
menjadi suatu yang dianggap
mungkin: Mukjizat!
*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar