Sebermula dari sepi
Jiwa menggarap kelahiran
dan kematian dalam penyatuan badan
Keraguanpun berhasil menyia-nyiakan pengungkapan
kehendak dalam peristiwa yang kita lewati
—padang-padang gersang itu:
Cara kerja tubuh dan jiwa berbelit-belit.
Keduanya menunda-nunda perubahan dari kemunafikan
ke arah cinta yang melandasi kehidupan dalam kontras kata-kata puisi yang
menyingkapkan makna yang tidak sama
dengan teriakan anak-anak di sepanjang perjalanan
yang kita lewati musim lalu di sebuah perkampungan miskin dan kumuh,
jauh dari cinta para pendeta dan kemurahan hati Tuhan.
Kau belum tahu kapan keindahan cinta ini lahir.
Kau sama sekali tak hiraukan kemungkinan-kemungkinan
apa yang dapat mengekang gerakan-gerakan unsur-unsur tubuh dan jiwa
yang menjadi potensi kemenangan bagi cinta dalam baris puisi
yang belum dapat kau baca,
atau untuk menyusun perlawanan
pada pasukan musuh yang akan datang
membawa
Apa yang sebenarnya ingin kita halau, kekasihku?
Bahkan kau kira puisi yang kukirimkan sore itu
adalah lambang keinginan yang membutuhkan pamrih…
tapi kaupun belum dapat memahami makna dari setiap kata.
Tapi apa yang sebenarnya terjadi?
Apa yang kita cari sebenarnya…
waktu itu kau menunggu kapalku datang.
(Mungkin aku juga telah lupa…
masa-masa yang benar-benar sulit).
Sebelum aku datang padamu,
lalu saling mengenal melalui bagian tubuh dan jiwa,
di seberang
“Hisaplah kata-kata ini… sampai tubumu menjadi puisi. Kau akan pergi jauh
meninggalkan
bayang-bayang masa kecil mengeras dalam otakmu. Tapi kau harus memungutnya
kembali
sebagai upah, sebagai sajak yang indah.”
Sebermula dari sepi
Lalu setelah kita bertemu dan aku mengembara lagi tanpa tujuan,
aku terus saja bermimpi tubuhku
tak akan menyisakan ungkapan apa-apa
sampai suatu saat pembebasan diri dari setiap musim
menjadi sebuah hal yang sulit dilakukan.
Sebermula dari sepi
Lalu pada masa uzurku aku akan kembali padamu
Hingga matipun kita berada dalam tempat dan waktu yang sama
Seperti tubuh dan jiwa setiap orang
dengan masa percintaan
yang paling menyemangati penciptaan puisi-puisi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar