
Keindahan,
Aku mencarimu
Piala yang kuperebutkan dengan cara bertarung
Melawan kesia-siaan.
Kuraih dirimu saat kuterjaga saat kubermimpi
Kudapati kau kugapai kau kukejar kau
Wahai nuansa hidup yang melingkar dalam repetisi keinginan
Kueja kau dalam bait-bait,
Kususun kau bersama perlawanan mengenyahkan kebuntuan
Kunamai kau kuldesak
Karena katakata sesak pada bait terakhir yang terdesak.
Aku ingin memujamu dengan kata yang panjang,
tapi kau hanya menari di angan.
Oh, kubertemu kau dalam mimpi
Kuadukan padamu kenapa kau hanya
sering menyeruak dalam kerinduan pada Kekasih tercinta.
Kuadukan padamu ucapan Tuan Tardji bahwa
aku harus menemuimu hanya pada katakata
dan bukan derita dan bukan dogma dan angkara.
Pada hal kau sering menjumpaiku pada rindu
pada angkara
pada rasa
pada makna
Yang cukup mengerti dari mana asalnya.
Aku hanya ingin mengadu, wahai Keindahan!
Engkau jangan kejamkejam dan diam saat pengertianmu
diperkosa dengan bahasabahasa yang kau sendiri tak paham
biarkan dirimu tidak hanya datang pada proses manipulasi jiwa
biarkan dirimu tidak hanya tiba pada saat repetisi nuansa
perpisahan dan perjumpaan tanpa tetes air mata.
Jakarta, September 2007